Sejak demam Facebook melanda dunia ini, ribuan telah bisa berinteraksi tanpa ada batasan jarak, bahkan melanjutkan untuk bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya tidak dikenal sekalipun. Sayangnya, meskipun pembatasan usia untuk bergabung dengan jaringan sosial ini telah dibatasi oleh penyedia layanan jejaring sosial tersebut, tetap banyak cara bagi anak yang belum saatnya memiliki account untuk menggunakan fasilitas tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak anak-anak berumur delapan tahun sudah memiliki profil Facebook, entah itu membuat/mendaftarkan sendiri, atau dibantu oleh orang-orang terdekat (dengan sembrono). Inilah factor yang membahayakan dari Facebook, bisa sangat berbahaya dan Facebook telah menjadi risiko besar bagi sang anak untuk dimiliki.
Apakah Anda tahu apa yang anak Anda lakukan di Facebook? Dimulai saat mereka mendaftar di situs sosial, siapa yang ada dalam pertemanan dan mereka, apa yang mereka diskusikan? Ini adalah alasan utama Facebook bisa menjadi perangkap untuk anak-anak yang memiliki keingintahuan besar dalam hal apapun.
Coba anda pikir, orang-orang mereka ajak sebagai teman, atau sebaliknya orang-orang yang mengajak anak anda sebagai teman, tidaklah diketahui asal muasalnya, status, umurnya. Bagaimana kalau mereka yang mengajak anak anda tersebut untuk berteman adalah pelaku kriminal, orang dewasa yang notabene tidak pantas berteman dengan anak anda… atau yang lebih mengerikan lagi: pedofilia? Mengatakan bahwa 80% account di Facebook adalah account tipuan atau tidak sesuai dengan data sebenarnya dari sang pemilik account. Banyak orang yang boleh dikatakan “dewasa” menyamar sebagai remaja. Baik tujuan komersil mempromosikan produk tertentu, iseng bahkan ingin melakukan kriminal tertentu. Salah satu cara mereka melakukan ini adalah dengan mengubah nama mereka, umur, foto bahkan alamat palsu. Sangat mengerikan bukan? Oleh karena itu orang tua harus tahu bagaimana mengamankan keamanan online anak-anak mereka untuk melindungi anak-anak mereka di Facebook.
Kita sebagai orangtua harus selalu kerja ekstra untuk mencari tahu kemana mereka pergi sepulang sekolah, dengan siapa mereka bermain. Sebagai orang tua jika Anda sering melakukan hal-hal sederhana di rumah seperti membaca koran, mengapa tidak mencoba untuk membacanya tidak jauh dari posisi dimana anak bermain komputer.
Berikut beberapa tips atau tindakan yang perlu anda lakukan:
Jangan pernah menaruh komputer di kamar sang anak atau di ruang yang jarang anda masuki. Oleh karena itu memberikan anak sebuah komputer mobile (seperti laptop atau netbook) adalah pisau bermata dua…dan pikirkan 1000x untuk membelikan sarana tersebut pada sianak jika mereka belum begitu membutuhkan untuk keperluan sekolah/kuliah. Dan pikirkan juga matang-matang untuk membelikan anak anda HP smartphone (terutama bila anak belum cukup umur) seperti yang sekarang digandrungi remaja.
Sediakan akses internet terbatas, yang akan menghabiskan deposit uang/pulsa dengan jumlah tertentu, jika si anak terlalu lama online. Dan tekankan kepada sianak bahwa nominal pulsa/deposit akan dibatas dalam sebulan atau seminggu. Jika perlu biaya akan diambil dari uang saku si anak.
Hubungi orang yang ahli untuk memblokir situs-situs tertentu di PC anda. Terutama untuk situs-situs orang dewasa.
Jangan berikan uang saku berlebih pada si anak perharinya. Jika memaksa, sepulang sekolah rajin-ranjinlah menanyakan kemana saja dibelanjakan uang tersebut.
Tekankah pada anak bahwa di Facebook banyak terdapat account dengan profil serta foto palsu dan jangan cepat percaya dengan wajah seseorang di Facebook.
Memang ini agak terkesan otoriter, namun si anak akan terbiasa dengan keadaan seperti ini jika anda bisa sedikit tegas dan tidak terlalu memanjakan anda.
Baca juga yang ini….
About Author
![]() |
![]() |