Capres 2014
Pada kata sambutan dalam sebuah acara di kawasan gedung SCBD beberapa tahun yang lalu, Presiden SBY menyatakan, “Saya memperkenalkan diri. Nama saya Susilo Bambang Yudhoyono. Jabatan saya, Presiden hasil pemilu 2004-2009. Saya bukan capres 2014. Istri dan anak-anak saya juga tidak akan mencalonkan diri,” katanya, yang langsung disambut oleh tepuk tangan hadirin. Presiden SBY menegaskan, tidak menyiapkan siapapun di Pilpres 2014. “Biarlah rakyat Indonesia dan demokrasi yang menentukan. Semua orang punya hak untuk running for RI-1.”
Itulah pulalah pernyataan yang lalu memperjelas gonjang-ganjing tentang isu penyapresan Ibu Ani Yudhoyono pada pilpres 2014 ini. Dgn pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat (PD) tsb, maka beberapa orang pengamat dan bahkan tim sukses Partai Demokrat merasa, peluang capres 2014 oleh Anas Urbaningrum menjadi terbuka lebar.
Pernyataan yang berpengaruh besar tadi telah menggetarkan kubu Partai Golkar dan PDIP, kini sudah waktunya partai-partai besar untuk mulai lebih berhitung, siapa calon yang akan maju pada 2014 ini. Apakah peluang Anas akan besar? Nah, marilah kita coba bahas dengan dasar analisa intelijen.
Siapakah Capres 2014?
Dlm membuat forecast (the future), intelijen memakai dasar the past dan the present. The past yang disebut sbg basic descriptive intelligence dlm dunia perpolitikan Indonesia adalah hasil pilpres 2004 dan 2009 serta faktor yang mempengaruhi. Faktor yang sangat menentukan [Ramalan Capres 2014] adalah sebuah budaya paternalistik masyarakat, yang masih sangat yakin dengan para patron.
Pada pilpres 2004 pasangan yang maju keputaran kedua (20 September 2004) adalah pasangan Megawati-Hasyim Muzadi (39,38% suara), dikalahkan oleh pasangan SBY-JK yang mendapat dukungan 60,62%. Pada pilpres 2009, hasil dari pilpres langsung, Megawati yang berpasangan dgn Prabowo Subijanto dapat dukungan 26,79%, kalahkan oleh pasangan SBY-Boediono yang mendapatkan 60,80%.
Ramalan Capres 2014
Oleh fakta ramalan capres 2014 tersebut, terlihat jelas adalah Mega telah dua kali menjadi runner-up capres, sementara itu SBY telah menang dua kali. Lalu yang sangat terlihat jelas pada partai final, kedua calon adalah ‘patron’ dimana masing-masing capres sudah memiliki pemilih solid. Citra keduanya sebagai patron tidak mampu digoyangkan [Ramalan Capres 2014] oleh calon yang masih tanggung atau dinilai masyarakat memiliki masalah.
Alasan lain yang berpengaruh ialah Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 yang mengatur pengajuan pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2009 yang mendapatkan minimal 20% dari jumlah kursi DPR atau 25% dari total suara sah nasional. Disini parpol yang menjadi motor hanya parpol papan atas. = capres 2014 =
Apakah Capres 2014 didominasi tubuh demokrat?
Oleh karena itu menurut dugaan, data the present, diramalkan capres 2014 dan cawapres 2014 kuat akan muncul kemungkinan hanya dari tiga Parpol, yaitu PD, PDIP dan Golkar. Selain itu, pernyataan Presiden SBY yang juga tidak mempersiapkan siapa-siapa untuk 2014, mempunyai arti bahwa Anas juga bisa maju, dengan syarat peluangnya akan membaik apabila dia mampu menaikkan citranya dari seorang Ketua Umum Partai menjadi seorang patron.
Patron tidak cukup hanya melakukan gerakan mengunjungi konstituen kedaerah-daerah. Yang jauh lebih penting adalah memainkan desain media elektronik yang terbukti ampuh sebagai ’silent revolution’ dan bisa mengalahkan pengaruh jejaring partai. Tetapi biaya yang dibutuhkan akan sangat besar.
Apa Prediksi Anda Mengenai Ramalan Capres 2014
Dgn demikian lalu the future (forecast) peluang pilpres 2014, Megawati kemungkinan akan menjadi kandidat terkuat setelah SBY tidak ikut pilpres. Peluang kedua, akan diperebutkan antara Anas dengan Aburizal Bakrie. Anas harus menghadapi tahapan awal yang berat di internal partainya, kecuali jika Anas menemukan momentum, dimana capres muda memang sangat dikehendaki konstituen.
Tanpa sebuah strategi pemasaran yang bagus, Bang Ical dan Anas akan berat menghadapi Mega, bak banteng wanita yang walaupun sudah tua tetapi masih mempunyai pengikut yang setia dan sudah dibuktikannya pada dua periode pilpres.
Pertanyaannya, apakah sesederhana itu menilai sikon politik di Indonesia? Jawabannya, betul, karena masyarakat/konstituen di Indonesia berfikir dan memutuskan dengan cara yang sederhana. Apabila berfikir terlalu tinggi, upayanya besar dan dananya juga besar. Nah, kini persoalannya, bagaimana para ahli strategi di parpol mampu menemukan cara agar jagonya menang dalam pilpres. Penulis hanya membuat analisa dari fakta dan data yang ada. Pada tulisan berikut penulis akan mencoba menyampaikan cara pemenangan tersebut.
Demikian sebuah ulasan sederhana dari penulis yang mencoba ikut berpartisipasi dalam pembahasan calon pemimpin bangsa dengan penduduk 230 juta rakyat. Semoga ada manfaatnya bagi pembaca. [Ramalan Capres 2014] Salam hangat Pray. [Sumber: capres 2014]
Baca juga yang ini….
About Author
![]() |
![]() |