Desain Rumah Tahan Gempa

--   --

Rumah ini sanggup bertahan tanpa roboh pada gempa 7,5 skala Richter.
Oleh Erik Permana Putra

Indonesia adalah negara yang rawan gempa. Mengamati sejumlah gempa besar yang pernah mengguncang negara kita, tampak sekali sebagian besar bangunan di negara kita bukanlah bangunan yang didesain tahan gempa. Akibatnya, ketika gempa datang, bangunan-bangunan yang semula tampak kokoh, roboh dengan gampang.

Menyikapi hal itu, ITS  Surabaya, merancang hunian tahan gempa yang murah dan tahan lama. Adalah Ir Tavio MS PhD, pengajar pada Jurusan Teknik Sipil ITS, yang menggagas pembangunan hunian yang sederhana tahan gempa sekaligus ramah lingkungan.

Menurut Tavio, rumah yang dibangun dgn sistem prace-tak  ini sanggup bertahan tanpa roboh ketika diguncang gempa di kisaran 7,5 skala Richter seperti yang terjadi di negara Haiti belum lama ini. Pada guncangan gempa sekuat itu, rumah desain Tavio hanya akan mengalami kerusakan sekitar 50%.

Tavio bahkan berani menjamin, rumah rancangannya mampu bertahan pada gempa berkekuatan 8,9 skala Richter seperti yang terjadi di wilayah Aceh pada 2004 lalu. Pada gempa seperti di Aceh, diakui Tavio, rumah ini memang bakal rusak parah, hanya saja tak sampai roboh. Dengan begitu, para penghuni rumah bisa menyelamatkan diri sendiri maupun penghuni lainnya ke luar rumah. “Desain rumah ini titik tekannya pada aspek keselamatan jiwa penghuni rumah,” katanya.

Untuk membangun rumah tahan gempa ini, Tavio memilih metode pra-cetak. Alasannya, kekuatan dan mutu betonnya terjamin (lebih terkontrol) krn dibuat dengan sistem fa-brikasi. Pelaksanaan pembangunannya pun lebih cepat, menghemat biaya konstruksi bila diproduksi massal, beton lebih awet dan tahan lama karena durabilitasnya terjamin, serta ramah lingkungan.

“Selama ini, teknik pengecoran beton rumah banyak yang kurang baik sehingga menyebabkan segregasi (pemisahan kerikil dan pasta semen) yang membuat beton keropos. Kesalahan itu bisa dihindari dengan sistem pracetak, karena pengawasan dalam proses produksinya ketat dan teliti,” jelasnya.Dibanding rumah berstruktur kayu maupun beton cor, rumah ini juga terhitung lebih tahan dan unggul. Rumah kayu rentan terhadap kebakaran, rayap, air, dan cuaca. Sementara rumah dari beton butuh waktu lama dalam proses pembangunannya dan lebih mahal.

Hal itu jelas berbeda dengan rumah berteknologi pra-cetak. Selain lebih cepat, irit, dan tahan lama, rumah ini juga lebih aman dari guncangan gempa. Bila diguncang gempa ringan, bangunan tak akan rusak sama sekali. Pada gempa sedang, bangunan bisa sj rusak namun hanya pada elemen non-struktur, sedang elemen strukturnya masih utuh. Dan jika terjadi gempa yang cukup besar, bangunan akan rusak tapi tidak runtuh.

“Itulah filosofi yang kami gunakan saat memilih teknologi pracetak untuk membangun rumah tahan gempa. Sebab, kami melihat teknologi kayu ataupun beton cor banyak memiliki kelemahan karena tak tahan gempa.”

Sistem struktur

Ada dua sistem struktur yang dapat diterapkan pada rumah pracetak, yaitu system struktur rangka terbuka (open frame) dan system struktur rangka berdinding pengisi (infilled frame). Open frame adalah syistem struktur yang terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan beban dari  gempa, di mana dinding pengisi tak diperhitungkan memikul beban gempa.

Sedangkan infilled frame adalah sistem struktur yg terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan beban gempa, di mana dinding pengisi diperhitungkan kekakuannya dlm memikul beban gempa. Bagaimana proses pembangunannya? Secara lebih rinci, Tavio menjabarkan, sebelum pelaksanaan pembangunan rumah dimulai, lakukan pemasangan bouw-plank, buatlah patok batas konstruksi dan fondasi. Patut dicatat, patok fondasi haruslah diletakkan saling tegak lurus pada setiap sumbunya. Bersamaan dengan itu, gali tanah sedalam kurang lebih 1 meter lalu, ratakan dasar galian, tambahkan pasir setebal 10 sentimeter, lalu padatkan. “Setelah itu pasang fondasi telapak pracetak dan s£oo/-nya satu demi satu hingga tersusun semuanya menjadi rumah yang utuh.”

Berminat untuk membangun rumah tahan gempa ini? Biaya untuk membangun rumah tahan gempa ini sekitar Rp 60 juta per unit untuk satu lantainya. Bila dibuat dua lantai, biayanya menjadi Rp 90 juta per unit. Tak butuh waktu yang lama untuk membangunnya, hanya sekitar tiga hari saja dengan tenaga kerja maksimal lima orang.

Biaya itu masih perhitungan awal. “Biaya itu bisa ditekan hingga 50% jika rumah rancangan saya itu diproduksi dengan massal,” kata Tavio. Sementara itu, Rektor ITS Priyo Suprobo, yang menjadi supervisi untuk desain rumah tahan gempa ini mengatakan, rumah ini memang baru untuk tahap rancangan namun sudah melewati berbagai ujian secara detail dan teliti. Dengan begitu, aspek kemampuan dalam menghadapi gempa besar dapatlah dipertanggungjawabkan.
Menurut Priyo, rumah ini sangat cocok dibangun untuk berbagai wilayah di Indonesia yang rawan gempa. Karena itu, pihaknya akan dgn senang hati menurunkan seluruh stafnya untuk membuat rumah itu jika diminta pemerintah. Sumber: http://bataviase.co.id/

About Author

armin


Protected by Copyscape DMCA Copyright Detector jasa arsitek desain rumah